aku masih menatap nanar tak bergeming jasad yang sudah tertutup kain batik itu,
dikamar sempit dengan penerangan seadanya aku mencoba melihat kenyataan,
kenyataan bahwa beliau telah resmi dipanggil almarhumah....sebuah jabatan yang kelak akan kita capai dengan cuma-cuma!
terdengar suara serak, parau, menggumam menyadarkanku dari lamunan akan sosok beliau
"kamu tunggu disini!"
"jangan pernah meninggalkan ruangan ini!", " aku akan mengabarkan berita duka ini kepada yang lain"
aku hanya menganggukkan kepala tanpa mengucap apapun sambil terus menatap "beliau" dengan pandangan kosong.
suasana hening, sunyi seketika menyergap kamar ini, hanya beliau yang terbujur kaku dan aku saja penghuni kamar ini sekarang, sayup terdengar adzan ishak telah berkumandang memecah kesunyian,
aku melihat jam dinding lusuh berdebu tergantung menempel di dinding kusam itu menunjukkan pukul 19.16 waktu yang dulu biasa kami gunakan untuk bercengkerama atau sekedar mendiskusikan novel terakhir agatha christie tentang kematian hercule poirot yang fenomenal.
sungguh, aku masih belum sadar dengan apa yang terjadi hari ini,
aku hanya bisa tahu kalau saat ini ada perih di dada ini, entah kenapa....
beberapa tikar terhampar disetiap sisi-sisi ranjang tinggi, tempat bersemayam jazad beliau, bak singgasana sang raja beliau tidur diatasnya dikelilingi para prajurit yang sibuk berkomat-kamit memuji asma sang khalik.
diluar ruangan beberapa orang mencoba mengusir hawa dingin malam dengan bergelas-gelas kopi, sigaret dan perjudian kecil-kecilan untuk mengisi kekosongan waktu.
aku tiduran berbantal tangan memandang langit-langit kamar , mendengarkan suara parau penyiar radio yang memutarkan lagu-agu yang tak kumengerti.... masih ada sesak menggumpal di dada ini seperti sekarung beras menghimpit tulang igaku.
setiap 30 menit ada saja orang yang datang menghampiri untuk sekedar menghibur ataupun berbasa-basi mengucapkan dukacita,.... bah hal klise selalu mengemuka dalam peristiwa semacam ini !
mungkin yang aku butuhkan saat ini hanyalah mendengarkan hetfield di fade to black atau cukup secangkir kopi dan kepulan asap mariyuana....
kabut masih lelap dihamparan dedaunan, mentari segera menjumpai bumiku tempat berpijak
aku mengusap mata, tak terasa jam di dinding menunjukkan pukul 05.36, ada beberapa orang tengah sibuk didapur, suara mereka mengingatkanku akan sebuah upacara,.... ya, akan ada ceremonial di hari ini!
bergegas aku meraih handuk kumal, terseok menuju ruang belakang,menuju kamar mandi.
dinginnya air mengguyur kepala sampai keujung kaki, aku kembali terkenang diwaktu kecil dikala aku selalu menangis jika waktu mandi tiba, beliau mengajakku membayangkan mandi di niagara falls, dan itu cukup membantuku melupakan ketakutanku akan dinginnya air di pagi hari, hhhh.... memang dingin sekali hari ini!
setelah cukup rapi aku coba menyendiri dikebun belakang, sedikit bergaya menenangkan diri dengan hisapan sigaret sisa semalam dan secangkir kopi serta suara radio 2 band yang dibelikan beliau sebagai hadiah kelulusan,... save the best for last mengalun merdu dari bibir sexy vanessa william, lagu ini pernah dinobatkan sebagai lagu terbaik setelah younya dolly parton versi beliau,....ffuuuh...kepula
n asap sigaretku seperti menggambarkan guratan masa lalu, tentang bagaimana beliau menyebutku perompak dari karibia, karena rambut panjangku yg awut-awutan, atau disaat beliau dengan santainya memberiku album eclipse yngwie malmsteen di hari jadiku, atau bahkan beliau selalu bertanya disaat stereo di kamar rusak, dengan pertanyaan yang sama "tumben hari ini tidak terdengar metallica, atau kreator?"
matahari sudah tepat di atas ubun-ubun, ternyata sudah lama aku disini, seseorang mengahampiriku,...
"ayo didepan sudah banyak orang", aku mengiyakan dan mengikuti dari belakang. di depan memang sudah banyak tamu yang datang, kursi-kursi sudah berjajar rapi, para tetua mengelilingi jasad yang bersemayam di tengah ruangan, bau melati menusuk hidung memberi aroma pada setiap upacara seperti ini.
aku duduk bersimpuh menghadapnya, disebelahku sepupuku memegang tanganku dan mencoba menenangkanku dengan membelai rambutku yang baru aku cuci tadi pagi, ada sedikit memori di otakku terbuka ketika menatap jasad itu, hhhh.... perlahan ada sebutir kecil air menetes dari mata ini, rasanya hangat tapi menyejukkan, ada degup jantung yang ingin meledak saat seseorang mencoba melihat jasad itu,... ya.... sebuah raut wajah itu selalu hadir di setiap hariku, raut wajah yang mengajakku mengiringi suaranya menyanyikan sepanjang jalan kenangan hingga love me tender, seraut wajah yang memarahiku jika aku tidak bisa membedakan phytagoras dan jajaran genjang, seraut wajah yang mengingatkanku untuk tidak membaca kho ping ho dengan penerangan lilin, seraut wajah yang membelikanku sus basah jika aku jatuh sakit, seraut wajah yang membuat aku seperti sekarang ini.... seperti sekarang.... menangisinya dengan air mata dan sebuah pertanyaan, apa yang aku lakukan dihari depan?
....karena beliau adalah orang yang pertama kali membantuku menghirup oksigen, orang yang pertama kali memperlihatkan planet ini, dan orang yang pertama kali pertama kali mengajariku memanggilnya sebagai "ibu"!
dikamar sempit dengan penerangan seadanya aku mencoba melihat kenyataan,
kenyataan bahwa beliau telah resmi dipanggil almarhumah....sebuah jabatan yang kelak akan kita capai dengan cuma-cuma!
terdengar suara serak, parau, menggumam menyadarkanku dari lamunan akan sosok beliau
"kamu tunggu disini!"
"jangan pernah meninggalkan ruangan ini!", " aku akan mengabarkan berita duka ini kepada yang lain"
aku hanya menganggukkan kepala tanpa mengucap apapun sambil terus menatap "beliau" dengan pandangan kosong.
suasana hening, sunyi seketika menyergap kamar ini, hanya beliau yang terbujur kaku dan aku saja penghuni kamar ini sekarang, sayup terdengar adzan ishak telah berkumandang memecah kesunyian,
aku melihat jam dinding lusuh berdebu tergantung menempel di dinding kusam itu menunjukkan pukul 19.16 waktu yang dulu biasa kami gunakan untuk bercengkerama atau sekedar mendiskusikan novel terakhir agatha christie tentang kematian hercule poirot yang fenomenal.
sungguh, aku masih belum sadar dengan apa yang terjadi hari ini,
aku hanya bisa tahu kalau saat ini ada perih di dada ini, entah kenapa....
beberapa tikar terhampar disetiap sisi-sisi ranjang tinggi, tempat bersemayam jazad beliau, bak singgasana sang raja beliau tidur diatasnya dikelilingi para prajurit yang sibuk berkomat-kamit memuji asma sang khalik.
diluar ruangan beberapa orang mencoba mengusir hawa dingin malam dengan bergelas-gelas kopi, sigaret dan perjudian kecil-kecilan untuk mengisi kekosongan waktu.
aku tiduran berbantal tangan memandang langit-langit kamar , mendengarkan suara parau penyiar radio yang memutarkan lagu-agu yang tak kumengerti.... masih ada sesak menggumpal di dada ini seperti sekarung beras menghimpit tulang igaku.
setiap 30 menit ada saja orang yang datang menghampiri untuk sekedar menghibur ataupun berbasa-basi mengucapkan dukacita,.... bah hal klise selalu mengemuka dalam peristiwa semacam ini !
mungkin yang aku butuhkan saat ini hanyalah mendengarkan hetfield di fade to black atau cukup secangkir kopi dan kepulan asap mariyuana....
kabut masih lelap dihamparan dedaunan, mentari segera menjumpai bumiku tempat berpijak
aku mengusap mata, tak terasa jam di dinding menunjukkan pukul 05.36, ada beberapa orang tengah sibuk didapur, suara mereka mengingatkanku akan sebuah upacara,.... ya, akan ada ceremonial di hari ini!
bergegas aku meraih handuk kumal, terseok menuju ruang belakang,menuju kamar mandi.
dinginnya air mengguyur kepala sampai keujung kaki, aku kembali terkenang diwaktu kecil dikala aku selalu menangis jika waktu mandi tiba, beliau mengajakku membayangkan mandi di niagara falls, dan itu cukup membantuku melupakan ketakutanku akan dinginnya air di pagi hari, hhhh.... memang dingin sekali hari ini!
setelah cukup rapi aku coba menyendiri dikebun belakang, sedikit bergaya menenangkan diri dengan hisapan sigaret sisa semalam dan secangkir kopi serta suara radio 2 band yang dibelikan beliau sebagai hadiah kelulusan,... save the best for last mengalun merdu dari bibir sexy vanessa william, lagu ini pernah dinobatkan sebagai lagu terbaik setelah younya dolly parton versi beliau,....ffuuuh...kepula
matahari sudah tepat di atas ubun-ubun, ternyata sudah lama aku disini, seseorang mengahampiriku,...
"ayo didepan sudah banyak orang", aku mengiyakan dan mengikuti dari belakang. di depan memang sudah banyak tamu yang datang, kursi-kursi sudah berjajar rapi, para tetua mengelilingi jasad yang bersemayam di tengah ruangan, bau melati menusuk hidung memberi aroma pada setiap upacara seperti ini.
aku duduk bersimpuh menghadapnya, disebelahku sepupuku memegang tanganku dan mencoba menenangkanku dengan membelai rambutku yang baru aku cuci tadi pagi, ada sedikit memori di otakku terbuka ketika menatap jasad itu, hhhh.... perlahan ada sebutir kecil air menetes dari mata ini, rasanya hangat tapi menyejukkan, ada degup jantung yang ingin meledak saat seseorang mencoba melihat jasad itu,... ya.... sebuah raut wajah itu selalu hadir di setiap hariku, raut wajah yang mengajakku mengiringi suaranya menyanyikan sepanjang jalan kenangan hingga love me tender, seraut wajah yang memarahiku jika aku tidak bisa membedakan phytagoras dan jajaran genjang, seraut wajah yang mengingatkanku untuk tidak membaca kho ping ho dengan penerangan lilin, seraut wajah yang membelikanku sus basah jika aku jatuh sakit, seraut wajah yang membuat aku seperti sekarang ini.... seperti sekarang.... menangisinya dengan air mata dan sebuah pertanyaan, apa yang aku lakukan dihari depan?
....karena beliau adalah orang yang pertama kali membantuku menghirup oksigen, orang yang pertama kali memperlihatkan planet ini, dan orang yang pertama kali pertama kali mengajariku memanggilnya sebagai "ibu"!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar